Nama Kelompok :
PSYLAMPTIVE
Latar Belakang
Saat ini
tidak jarang lagi kalau di kota Medan terjadi pemadaman listrik. Dalam
pembuatan produk ini ( Emergency lamp with Batt), kami terinspirasi dari teman
kami. Dia adalah seorang anak kost dimana peraturan di kost mereka, tidak
diperbolehkan menyalakan lilin apabila listrik padam, karena ibu kostnya takut
kebakaran. Padahal, teman kami takut dengan kegelapan pada saat ingin tidur.
Maka, untuk menghilangkan rasa takutnya dia hanya ditemani oleh lampu dari
handphonenya. Padahal, lampu handphone itu tidak bisa hidup lama.
Kasus teman kami di atas sesuai dengan teori Problem
Based Learning, dimana Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang
menggunakan masalah untuk memicu pembelajaran, sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Tim PDPT UI, 2005;
Widjayakusumah, 2005).
Dari kasus teman kami di atas, kami mencoba
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berupa hal – hal apa yang
harus kami lakukan untuk menciptakan hasil kreativitas dalam membantu teman
kami tersebut. Kami mencoba untuk melakukan proses kreativitas berdasarkan teori
Wallas ( Munandar, hal 39 ) dimana prosesnya berupa persiapan, inkubasi,
iluminasi, verifikasi.
Awalnya kami melakukan persiapan, kemudian
kami melakukan tahapan inkubasi, kami mencoba mengalihkan masalah yang ada
dengan melakukan aktivitas yang lain ( main fb, makan, dll ), dari peralihan
itu kemudian kami mendapatkan sebuah “
Insight ” yaitu berupa konsep – konsep sehingga muncullah ide untuk membuat
Emergency Lamp With Batt dengan nama Psylamptiv dan tahap akhir adalah Verifikasi yaitu kami menguji ide – ide yang
kami dapatkan apakah ide kami itu dapat dibuat menjadi sebuah objek yang dapat
dilihat dan dirasakan manfaatnya secara realita.
Sesuai
dengan teori yang disampaikan Selo Soemardjan dimana kemampuan kreativitas
individu adalah suatu hal yang tidak bisa lepas dari pengaruh masyarakat yang
mengelilinginya. Nah, disini kita bisa melihat ibu kost teman kami yang tidak
memberikan izin menyalakan lilin ketika listrik padam adalah peran masyarakat
yang secara tidak langsung ibu kost teman kami sudah memberikan insight kepada
kami untuk membuat Emergency Lamp With
Batt ini.
Dari
penjelasan kami diatas, kami telah melakukan dua dari pendekatan 4P yaitu
person dan press.
Person
dalam hal ini adalah ketika kami dalam kelompok memang memiliki keinginan
tersendiri untuk menolong teman kami dan kami yakin kami mampu untuk membuat Emergency Lamp With Batt tersebut. Yang menjadi
pressnya adalah dosen pengampu yang memberikan tugas ini kepada kami. Yang menjadi
prosesnya dapat dilihat sebagai berikut :
Emergency Lamp With Batt ini kami buat
dengan menggunakan energi baterai agar tidak perlu menggunakan listrik. Lampu
ini terbuat dari kawat-kawat yang dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan yang
diharapkan. Kelompok kami membuatnya dalam bentuk tabung. Kemudian setelah
kawat dibentuk tabung, kami melapisi atau menutupinya dengan fiber. Setelah
itu, kepala sendok akan ditempel di sekeliling fiber dengan beberapa celah
disekitarnya (tidak tertutup semua ). Lampu ini dihiasi dengan kepala sendok
karena akan membuatnya menjadi unik dan berbeda dengan lampu lainnya. Kemudia
bohlamnya akan diletakkan di dalam atau tepat di tengah kawat-kawat tersebut.
Lampu ini pun dapat dibuat sendiri karena cara pengerjaannya yang relatif
mudah. Alat dan bahannya pun mudah didapatkan.
Dalam
mempresentasikan produk ini, kami menggunakan konsep talkshow dan gambaran pembuatan
produk ini akan ditampilkan dalam sebuah slide video yang diiringi lagu yang
dinyanyikan sendiri oleh kelompok kami. Lagu yang digunakan adalah “Aku Pasti
Bisa” by Citra Scholastika.
Alat dan Bahan
Kawat Tipis dan kawat tebal
Lem tembak
Tang
Bohlam ( bebas warna )
Lakban
Fiber
Baterai
Kabel
Rumah baterai
Piloks ( bebas warna )
Sendok Plastik
Dan yang menjadi Produknya adalah
....................................... ( to be continued ) :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar